Haii ASVII!!!
Iyaa, yang menemaniku sekarang bukan acerku lagii. Tapi asus
vivobook yang dibelikan mama. Aku senang banget karena setelah struggling 2
semster kuliah dengan berbagai kendala sama acer, finally I got my asvi. Tapi tetep,
acer sahabat yang setia dari zaman aku masih di boarding hwhwh. Bagaimana pun,
dia yang waktu itu sering bantu aku komunikasi sama mama waktu aku lgi butuh
ataupun kangen. Dia juga yang ngelewatin masa2 hectic aku jadi sekretaris dari SMA
sampe berlanjut di perkuliahan. Actually aku kangen diriku yang ini. Yang apa
pun tentang dunia dan kehidupannya bahkan isi hatinya dicurahin lewat kata-kata.
Aku rasa ini hal yang bikin aku bahagia tanpa perlu validasi dari orang lain. Aku
senang melakukannya tanpa butuh pujian sedikitpun.
Di hari yang lumayan dingin ini, aku tiba-tiba ngerasa bosan
di rumah. Rebahan, nonton drakor, gitu-gitu aja. Aku stuck di eps 1 true beauty,
entah kenapa aku ga tertarik buat lanjut. And I decide to watch podcast, yang
membawaku ke video motivasi oleh channel ‘sekelas’. Bahas tentang usia 20an
yang haus validasi dan suka membanding-bandingkan pencapaian sama orang lain. Walaupun
video tersebut berakhir senyap-senyap terdengar karena aku mulai tertidur. Btw,
bulan depan aku berusia 20. Dan mama sebentar lagi berusia 59 tahun.
Aku sangat let it flow akhir-akhir ini. Mungkin karena efek
liburan yang terlalu lama. Jujurly, semester 2 kemarin sangat menguras tenaga,
waktu, fikiran, sampe susah nafas saking ga ada jedanya. Makanya aku memilih
untuk liburan full dengan ngga ikut sp. Tapi nanti aku kaget gak ya memulai
semester 3 lagi? Semoga ngga.
Dear asvi, aku pengen banget jadi rere awal2 masa teenager yang
apa2 dijadwalin. Yang semuanya terstruktur dan sistematis. Jadwal harian,
amalan harian, buku bacaan harian, murojaah harian. That’s all yang skrg ga aku
lakuin, hehe. Aku kira semakin aku bertumbuh, aku bakal terus berkembang lebih
baik. Nyatanya ngga selalu, aku juga bingung apa yang bikin aku berubah kayak
gini. Aku ga konsisten ngamalin yang dulu aku kerjain, aku bahkan ga konsisten sama
hijab panjangku. Sampai akhirnya aku memutuskan buat pakai hijab sesuai syari’at
tapi ga syar’i2 banget. Aku juga kadang ga pake rok. Sering sih. Tapi jadinya
aku juga lalai cara berpakaian di rumah yang disitu ada lelaki bukan mahram, entah keluarga besar, ataupun orang lain yang sedang ada kepentingan di
rumah. Aku ga bisa menjaganya. Aku bohong soal sayang bapak. Nyatanya aku ga
mikirin itu dan tetap lalai.
Vii, aku juga sekarang bergaul sama temen2 cowok. Lingkungan
di Teknik membawaku supaya berbaur sama temen-temen semuanya tanpa pandang
gender. Dulu waktu smp aku juga berteman sama mereka, tapi aku ga sendirian. Tetap
dengan khanzia. Sebaliknya, sekarang aku bisa berinteraksi dengan lebih dari 2
orang cowok, sedangkan aku lagi sendirian. Kadang aku risi, tapi ga bisa dihindari.
Dan kadang saat dipikir-pikir sekarang, menyedihkan sih, waktu aku ngerasa excited
setiap mau ketemu mereka lagi. The way how I face my malemate. Kayak, ga pantes,
re.
0 Komentar